Jumat, 26 Desember 2014

Laporan Praktikum Kimia Pemisahan dan Pemurnian



MODUL II
A.      Judul Praktikum
Pemisahan dan Pemurnian
B.       Tujuan Praktikum
1.    Memisahkan zat-zat padat dari zat cair dengan cara penyaringan
2.    Memurnikan melalui proses destilasi
C.      Dasar Teori
Dalam praktikum kimia sering kali berbagai campuran zat harus dipisahkan menjadi zat murni. Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur.
Cara pemisahan tersebut dapat digolongkan dalam :
1.         Pemisahan zat padat dari zat cair
2.         Memurnikan zat cair melalui proses destilasi
Pemisahan zat padat dari zat cair, dapat dilakukan dengan cara :
a.         Zat padat yang tidak terlarut dalam zat cair:
1)      Dekantasi
Metode dekantasi digunakan untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan. Dalam hal ini, ukuran padatan cukup besar sehingga mengendap di bagian bawah cairan. Dekantasi dilakukan dengan menuang cairan ke wadah lain secara hati-hati supaya padatan terpisah dari campuran. Untuk mempermudah proses dekantasi, dapat digunakan pengaduk pada saat menuang cairan. Dengan demikian, cairan tidak mengalir ke luar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Namun, metode ini tidak dapat memisahkan cairan dan padatan secara sempurna.
Menurut Husein H. Bahti (1998), factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan endapan adalah :
a)        Suhu
b)        pH
c)        efek garam
d)       sifat pelarut
e)        derajat supersaturasi
f)         kompleksasi
2)      Filtrasi ( Penyaringan )
Proses pemisahan padatan dari cairan dengan menggunakan bahan berpori yang hanya dapat dilalui oleh cairan. Penyaringan biasanya menggunakan kertas saring yaitu kertas yang porinya relative kecil sehingga dapat menahan partikel suspense. Contohnya adalah menyaring suspense kapur dalam air. Kapur akan tertahan pada kertas saring tersebut. Dalam hal ini kapur disebut residu dan air disebut filtrate.
b.    Zat padat yang melarut dalam air
1)      Penguapan
Pada penguapan, larutan dipanaskan sehingga pelarutnya meninggalkan zat terlarut . pemisahan terjadi karena zat terlarut mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari pada pelarutnya.
Penguapan dan kristalisasi merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan titik didihnya. Titik didih setiap zat berbeda satu dengan yang lain. Adanya perbedaan titik didih tersebut dapat dimanfaatkan untuk memisahkan campuran dengan cara penguapan.
2)      Kristalisasi
Kristalisasi adalah  pemisahan bahan padat berbentuk bahan Kristal dari suatu larutan pekat diinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal ini terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan. Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat di pekatkan lebih dulu dengan jalan penguapan kemudian pendinginan melalui kristalisasi diperoleh zar padat murni karena komponen larutan lainya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal.
Ada dua cara yang bisa dilakukan pada kristalisasi:
1.      Cara penguapan, cairan diupkan melalui pemanasan sehingga kita peroleh Kristal padat.
2.      Cara pendinginan zat-zat padat lebih mudah larut dalam air panas dari pada air dingin. Jika suatu larutan didinginkan kelarutan zat berkurang sehingga muncul sebagai Kristal.
3)      Destilasi
Destilasi adalah cara pemisahan zat cair yang dilakukan dengan cara memansakan cairan tersebut, lalu mengembunkannya. (Team Teaching Chemistry UNG : 2014).
Dasar pemisahan dengan destilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan atau lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat, kita dapat menguapkan dan kemudian mengembunkan komponen demi komponen secara bertahap. Pengembunan terjadi dengan mengalirkan uap ke tabung pendingin.
Bunyi Hukum Raoult
Tekanan uap jenuh satu komponen larutan yang dapat menguap sama dengan tekanan uap jenuh komponen murni dikalikan dengan fraksi molnya pada suhu itu”.
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh.























D.      Alat dan Bahan
a.      Alat-alat
No
Nama Alat
Gambar Alat
Fungsi Alat
1.
Gelas Kimia
(Kategori I)
Digunakan sebagai wadah dari suatu larutan
2.
Corong
(Kategori I)
Digunakan sebagai wadah untuk penyaringan dari suatu larutan
3.
Kertas saring
(Kategori I)
Untuk menyaring larutan.
4.
Cawan penguapan
(Kategori I)
Sebagai wadah untuk menguapkan larutan
5.
Gelas ukur 50 ml
(Kategori I)
Sebagai tempat mengukur volume larutan
6.
Pembakar bunsen
(Kategori II)
Untuk memanaskan larutan dan dapat pula digunakan untuk sterilisasi dalam proses suatu proses.
7.
Kaca arloji
(Kategori I)
Sebagai wadah dalam proses mengukur berat larutan.
8.
Labu destilasi
(Kategori II)
Sebagai wadah larutan pada proses destilasi
9.
Pendingin liebing
(Kategori II)
Digunakan untuk pendinginan uap panas atau cairan panas. Biasanya digunakan pada proses refluks atau destilasi.
10.
Termometer 1000C
(Kategori I)
Untuk mengukur suhu larutan.
11.
Statif dan Klem
(Kategori I)
Sebagai penjepit pada proses destilasi.

b.      Bahan-bahan
No
Bahan
Sifat Fisika
Sifat Kimia
1
CuSO4.5H20
(Kategori khusus)
-    Anhidrat berbentuk bubuk hijau pucat atau abu-abu
-    Bentuk pentahidratnya berwarna biru terang
-    Akan terdekomposisi sebelum mencair pada 1500C
-    Akan kehilangan dua molekul airnya pada suhu 630C, diikuti dua molekul pada suhu 1090C, dan molekul air terakhir pada suhu 2000C.
2
Garam Dapur (NaCl)
(Kategori umum)
-    Rapuh (mudah hancur)
-    Asin (garam dapur)
-    Larut dalam air (air laut)
-    Tidak bisa melewati selaput semipermiabel
-    Bisa  di dapat dari reaksi NaOH dan HCl sehingga pHnya netral
-    Ikatan ionic kuat (Na+) + (Cl-) selisih elektronegatifnya lebih dari 2
-    Larutannya merupakan elektorit kuat.
3
CaCO3
(Kapur tulis)
(Kategori umum)
-    Massa molar 100.0869 g/mol
-    Wujud bubuk putih lembut
-    Tidak berbau
-    Kelarutan dalam air 0.0013 g/100 ml (250C)
-    Ksp 4.8 x 10-9
-    Larut dalam asam encer
-    pKa = 9.0
-    Indeks bias cahaya = 1.59
-    ∆Hf = -1207 Kj mol-1
-    S = 93 J mol-1 K-1
-    Terbakar pada suhu 8250C
4
Aquadest
(Kategori umum)
-    Tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar.
-    Titik leleh 00C
-    Titik didih 1000C
-    Berat jenis 0,998 gr/cm3
-    Memiliki gaya adhesi yang kuat
-    Memiliki keelektronegatifan yang lebih kuat dari pada hydrogen
-    Merupakan senyawa yang polar
-    Memiliki ikatan van der  waals dan ikatan hydrogen
-    Dapat membentuk azeotrop dengan pelarut lainnya.
5
Air Teh
(Kategori umum)
-    Berwarna merah kecoklat-coklatan
-    Memiliki rasa dan arom khas teh
-    Kafein 2,5–4,5 %
-    Teobromin 0,05 %
-    Teofilin 0,02-0,05 %
-    Glikosida Flavonoid
-    Tannin 10-20 %
-    Adenine
-    Minyak atsiri
-    Kuersetin 
-    Narigenin
-    Fluoride alami
6
Pasir
(Kategori umum)
-    Berbentuk padat dan tidak mudah rapuh
-    Tidak larut dalam air


















E.       Prosedur Kerja
1.      Percobaan ke-1 Dekantasi


1 sendok pasir
 
25 ml air
 



-          Memasukkan ke dalam gelas kimia
-          Mengaduk campuran pasir dan air
-          Membiarkan larutan  mengendap
-          Menuangkan larutan bagian atas


 






2.      Percobaan ke-2 Filtrasi

 


-          Memasukkan ke dalam gelas kimia
-          Mengaduk dengan menggunakan batang pengaduk
-          Menyaring menggunakan corong dan kertas saring





Residu berupa bubuk kapur tulis
 


Filtrat berupa air jernih
 
 







3.      Percobaan ke-3 Penguapan


 



-          Memasukkan ke dalam gelas kimia
-          Mengaduk larutan menggunakan batang pengaduk hingga homogeny.
Menyaring menggunakan corong dan kertas saring.
Menguapkan kedalam cawan penguapan


Kristal NaCl yang berbentuk halus.
 
 






4.      Percobaan ke-4 Kristalisasi





CuSO4
 

25 ml air
 

 
                                                                 


 
-          Memasukkan ke dalam gelas kimia
-          Menguapkan larutan hingga volume 10 ml
-          Mendinginkan larutan hingga terbentuk kristal
-          Mengamati bentuk kristal yang terjadi.


Terbentuk kristal yang berwarna biru dan membentuk pecahan kaca
 
 






5.      Percobaan 5 Destilasi


 


Menuangkan kedalam labu destilasi 250 ml.
Menambahkan kristal KMnO4 seujung spatula.
Menambahkan 3 buah batu didih.
Mengalirkan dengan lambat.
Merangkai alat destilasi hingga merata dari atas kebawah.
Memanaskan hingga volume mencapai 10 ml.
Suhu konstan 990C menghasilkan destilasi yang jernih dan beraroma teh.
 
Mencatat suhu temperatur.










F.       Hasil Pengamatan

No
Perlakuan
Pengamatan
1.
-  Menyiapkan alat dan bahan
-  Gelas kimia yang berisi air 30 ml.
-  ± 1 sendok pasir dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian di aduk.
-  Kemudian larutan dibiarkan mengendap.


-  Menuangkan larutan bagian atas pada gelas kimia yang kosong.
-       Pada mulanya air murni berwarna bening, kemudian dilakukan pencampuran pasir dan di aduk sampai bercampur dengan air. Dari percampuran tersebut didaptkan perubahan warna air menjadi keruh kecoklatan.
-       Pasir tidak larut dalam air
-       Pasir mengendap dalam gelas kimia.
2.
-  Menyiapkan alat dan bahan.
a.       Bubuk kapur tulis
b.      Air 30 ml
c.       Gelas ukur
d.      Gelas kimia
-  Mengukur air sebanyak 30 ml pada gelas ukur.
-  Memasukkan air yang telah di ukur pada gelas kimia.
-  Memasukkan bubuk kapur pada gelas kimia yang telah berisi air.
-  Setelah itu, aduk sampai bubuk kapur bercampur dengan air.
-  Menyaring bubuk kapur yang telah bercampur dengan air dengan menggunakan kertas saring pada corong.
-       Pada mulanya air murni berwarna bening. Kemudian dilakukan pencampuran bubuk kapur dan diaduk sampai bercampur dengan air. Dari pencampuran tersebut didapatkan perubahan warna air menjadi putih.
-       Sebagian bubuk kapur larut dalam air.
-       Setelah dilakukan penyaringan, air kembali menjadi berwarna bening dan kapur mengendap di kertas penyaringan.


-        
3.
-  Melarutkan garam dapur kedalam gelas kimia yang berisi air 20 ml.
-  Menyaring campuran larutan garam dan air menggunakan corong dan kertas saring.
-  Menguapkan campuran larutan tersebut kedalam cawan penguapan.
-  Mengamati perubahan yang terjadi.
-       Air menjadi keruh dan garam larut dalam air.

-       Air berkurang dan menjadi bening.

-       Air perlahan-lahan berkurang dan menjadi kuning.

-       Setelah dipanaskan air menjadi mengering dan kristal garam membentuk kristal garam yang halus.
4.
-  Menuangkan larutan CuSO4 ke dalam gelas kimia.
-  Menambahkan air pada larutan CuSO4 sebanyak 23 ml.
-  Aduk hingga larutan CuSO4 larut.
-  Menyalakan alat dengan skala 10 derajat celcius.
-  Memanaskan dalam tingkat 10 skala.

-  Menunggu hingga larutan berubah menjadi 10 ml

-  Mendiamkan hingga larutan sudah tidak mendidih. Kemudian diangkat.

-  Mendinginkan dan tunggu hingga terbentuk kristal.


-       Setelah dipanaskan pada 10 skala, terjadi penguapan sehingga larutan yang awalnya 25 ml menjadi 10 ml.
-       Setelah menguap hingga 10 ml, kemudian di diamkan sampai gelembung-gelembungnya hilang.
-       Di dinginkan hingga terbentuk kristal.
5.
-  Menuangkan air teh kedalam labu destilasi sebanyak 100 ml.
-  Merangkai alat destilasi.
-  Memanaskan labu destilasi diatas penangas.
-  Menghitung suhu yang ditunjukan oleh termometer.
-       Sudah dituang.

-       Sudah dipasang.
-       Warna tetap merah kehitaman.

-       Pada tetesan ke-20 suhu konstan 990C menghasilkan destilasi yang jernih dan beraroma teh.










G.      Pertanyaan dan Jawaban Pertanyaaan
Soal !!
1.      Mengapa pada destilasi letak thermometer harus berada pada persimpangan pipa labu destilasi ?
2.      Apa sebabnya aliran harus ada dalam kondensor dibuat berlawanan arah aliran destilasi ?
Jawaban
1.      Karena termometer ini digunakan untuk mengukur temperatur uap suatu zat. Termometer berada pada persimpangan pipa labu destilasi untuk mencapai ketelitian yang tepat. Termometer dalam destilasi digunakan untuk mengukur suhu uap suatu zat yang keluar dari labu destilasi setelah dipanaskan. Zat tersebut dapat diketahui dengan melihat temperatur atau titik didihnya. Zat yang mempunyai titik didih yang paling rendah akan lebih cepat menguap sehingga uapnya tersebut dapat dibaca oleh termometer.
2.      Penyebab aliran air harus ada dalam kondensor dibuat berlawanan arah destilasi yaitu agar proses pengembunan uap air berlangsung cepat dan agar pendingin uap air lebih merata daripada yang searah.












H.      Pembahasan
Dalam praktikum kimia seringkali berbagai campuran zat harus dipisahkan menjadi zat murni,cara pemisahan tersebut dapat d kelompokkan ke dalam dua golongan yaitu :
1.      Untuk zat padat yang tidak melarut dalam zat cair
a.       Dekantasi
b.      Filtrasi (Penyaringan)
2.      Untuk zat padat yang melarut dalam zat cair
a.       Penguapan
b.      Kistalisasi
c.       Destilasi
Dalam praktikum yang kami lakukan pasir yang dilarutkan ke dalam air dipisahkan dengan cara filtrasi. Dalam hal ini pasir tidak terlarut dalam air walaupun sudah diaduk. Sehingga cara untuk memisahkan air dan pasir dengan cara penyaringan (filtrasi). Sehingga didapatkan hasilnya berupa pasir sebagai residu dan air sebagai filtratnya.
1)        Percobaan ke-1 (Dekantasi)
Percobaan ini dikenal dengan proses dekantasi, yang dimana metode dekantasi ini digunakan untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan. Untuk mempermudah proses dekantasi, dapat digunakan pengaduk pada saat menuang cairan.
Dalam percobaan ini, kami pertama-tama memasukan pasir kedalam gelas kimia yang berisi air  lalu diaduk. Pengadukan ini berfungsi untuk menghomogenkan kedua zat tersebut. Ketika dalam proses pengadukan terjadi perubahan warna yaitu air menjadi keruh namun pasir tidak tercampur dengan air dan hanya mengendap dibawah. Setelah diaduk lalu didiamkan. Setelah didiamkan terbentuk 2 fase, fase atas akuades dan fase bawah adalah pasir. Prinsip pada percobaan ini adalah massa jenis. Massa jenis pasir lebih besar daripada massa jenis air, sehingga pasir berada dibawah dan air berada diatas. Setelah pasir benar-benar mengendap tuang cairan bagian atas dan menghasilkan air yang keruh tanpa endapan pasir.
2)      Percobaan ke-2 (Filtrasi)
Filtrasi merupakan proses penyaringan menggunakan kertas saring dan corong. Pada percobaan ini, kami menggunakan bubuk kapur tulis (CaCO3) dan air sebagai bahannya dengan air sebanyak 30 ml. Kemudian bubuk kapur tulis dicampurkan ke dalam air dan di aduk sampai kapur dan air tercampur menjadi satu. Untuk proses penyaringannya, kami menggunakan corong dan kertas saring. Kemudian saring bubuk kapur tulis dan air yang telah tercampur tadi pada corong dan kertas saring yang telah disediakan.
Setelah penyaringan tersebut, kemudian kami melakukan pengamatan. Pada mulanya air yang berwarna bening kemudian dilakukan pencampuran bubuk kapur menjadi warna putih. Setelah tercampur, kemudian di saring pada kertas saring menggunakan corong dan didapatkan perubahan air menjadi bening dan sebagian bubuk kapur itu larut dalam air dan sebagiannya lagi mengendap di kertas saring.
3)      Percobaan ke-3 (Kristalisasi)
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt (campuran leleh) atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan tekhnik pemisahan kimia antara bahan padat dan cair, dimana terjadi perpindahan massa dari zat terlarut dari larutan ke fase kristal padat. Karakteristik proses kristalisasi ditentukan oleh termodinamika dan faktor kinetik yang bisa membuat proses ini sangat bervariasi dan sulit di kontrol.
Pada percobaan ini kami menggunakan larutan CuSO4 dan air sebagai bahannya dan kemudian kedua bahan tersebut di campurkan hingga tercampur menjadi satu. Dan disini kami menggunakan alat seperti gelas kimia dan gelas ukur. Larutan CuSO4 dan air yang telah tercampur kemudian di panaskan dengan alat dalam skala 10oC. Tunggu hingga volume larutan menjadi 10 ml lalu diamkan sampai diamkan sampai gelembung-gelembungnya hilang, kemudian angkat dan letakkan di tempat terbuka lalu dinginkan. Dari proses pendinginan tersebut akan di dapatkan kristal kristal hasil penguapan.
4)      Percobaan ke-4 (Penguapan)
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul dalam keadaan cair dengan spontan menjadi gas. Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dan volume signifikan. Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas (contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat memberi satu molekul “kecepatan lepas” yang diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat.
Dalam percobaan ini kami menggunakan bahan seperti garam dapur (NaCl) dan 30 ml air sebagai bahannya serta gelas ukur, gelas kimia, kertas saring, corong, dan cawan penguapan sebagai alatnya. Mula-mula air diukur sebanyak 30 ml dan dimasukkan ke dalam gelas kimia dan kemudian sebanyak 1 sendok garam dapur (NaCl) dimasukkan ke dalam gelas kimia tersebut yang berisi air tadi. Aduk garam dapur (NaCl) dan air sampai benar-benar larut. Setelah air dan garam tercampur, kemudian di saring menggunakan corong pada kertas saring. Setelah disaring, larutan NaCl dan air dimasukkan ke dalam cawan penguapan untuk diuapkan. Setelah dilakukan pengamatan, ternyata larutan garam dan air itu membentuk kembali kristal-kristal garam yang sifatnya kembali ke bentuk semula.
5)      Percobaan ke-5 (Destilasi)
Pada percobaan ini dinamakan proses destilasi, yang dimana destilasi itu sendiri adalah cara pemisahan zat cair yang dilakukan dengan cara memanaskan cairan tersebut, lalu mengembunkannya. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Dalam percobaan ini, air teh yang dicampurkan dengan air yang di panaskan pada labu destilasi, warna air tetap merah kehitam-hitaman, pada tetesan ke-20 suhu konstan 99C dan menghasilkan destilasi yang jernih dan beraroma teh.
























I.         Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa proses pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan dengan cara dekantasi, filtrasi, kristalisasi, penguapan dan destilasi. Yang dimana pada percobaan pertama adalah dekantasi yaitu proses yang didasarkan pada massa jenis yang lebih besar akan berada pada lapisan bawah atau proses pemisahan zat dari campurannya dengan mengendapkan zat lain. Kemudian pada percobaan kedua adalah filtrasi yang merupakan proses pemisahan berdasarkan pada perbedaan ukuran partikel ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Dan percobaan ketiga adalah Kristalisasi yang dimana kristalisasi merupakan pemisahan bahan padat berbentuk Kristal dari suatu larutan yang didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Pada percobaan keempat adalah penguapan yang prinsip kerjanya didasarkan pada salah satu zat yang bercampur pada keadaan lewat jenuh, serta perbedaan titik didih zat tersebut. Sedangkan pada percobaan terakhir adalah destilasi yang merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogenya.

J.        Kemungkinan Kesalahan dalam Praktikum
1.      Kesalahan dalam menentukan suhu konstan dari suatu zat.







DAFTAR PUSTAKA
Husein, Bahti. 1998. Teknik Pemisahan Kimia dan Fisaka. Edisi – 6. Jakarta : Erlangga.
JurnalPdf. 2012. Pemisahan dan Pemurnian zat Padat. Dapat di akses di                         http://jurnalpdf.info/pdf/pemisahan-dan-pemurnian-zat-padat.html (di                     akses pada tanggal 28 Oktober 2014 pukul 19.45 wita)
Lutfi. 2007. Ipa Kimia. Jakarta : Erlangga.
Mulyani, Sri.2005. Kimia Fisika 2. Surabaya : Universitas Negeri Malang.
Partana, Crys Fajar. 2008. Kimia I. Bogor : Quadra.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB.
Sulami, Emi. 2006. Kimia. Jakarta : PT.Gelora Aksara Pratama.
Suminar.2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.

Teaching, Team. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.

Vlack, Lawrence H. Van. 2004. Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material.
Keenan, Charles W.1984.Kimia untuk Universitas .Jakarta : Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar